Postingan

Mendaki Gunung Fuji 3776MDPL

Gambar
  Wohooo, akhirnya kesampean juga mendaki gunung fuji. Setelah 5 tahun gak mendaki gunung, dengan niat dan tekad yang kuat gue memutuskan mendaki fuji musim panas tahun ini. Rencana ini baru gue susun 2bulan yang lalu, yang mana gue mencari beberapa info teman mendaki dan akhirnya gue pergi dengan rombongan berjumlah 19orang dan gue cewe sendiri. Iya, cewe sendiri. Udah biasa kan?! Hmm. Karena jarak tempat tinggal gue ke fuji lumayan jauh, hal pertama yang gue siapkan adalah memesan tiket bus untuk transportasi PP. Berikut biaya yg gue keluarkan : Bus : ¥9.900 x 2 = ¥19.800 Bus Shinjuku - Fujiyoshida : ¥3.800 x 2 = ¥7.600 Registrasi Fuji jalur Fujiyoshida : ¥2.800 Oke, lanjut cerita perjalanan mendaki. Jadiii, mendaki fuji itu gak dari awal banget. Seperti gunung di Indonesia ada beberapa jalur, dan rombongan gue memilih jalur Yoshida. Yang mana itu merupakan pos kelima. Dan untuk mencapai puncak rata-rata 6jam waktu perjalanan. Disinilah drama pendakian dimulai. Gue harap ini tidak di

Kehilangan Diri Sendiri

Gambar
Hello 2024, it’s sooooo late rite. I haven't written in a long time, I'm too busy in real life or that's just my excuse? Hehe. Gila sih, kesibukan yang membuat gue cape bahkan bikin gue gak punya tenaga buat sekedar menulis sesuatu yang dulu adalah sebagai “obat pelepas penat” gue. Yup, gue baru tau setelah dewasa bahwa aslinya gue introvert, sehingga gue lebih nyaman memendam perasaan gue sendiri ketika gue tidak menemukan tempat aman dan nyaman. Gue merasa lega ketika gue menulis tentang apa yang gue rasakan dan pikirkan. Tapiiii, 2 tahun ke belakang setelah gue terjun ke dunia kerja baru yang menguras fisik juga mental ternyata gue gak bisa. Gue merasa bahwa saking sibuk dan capeknya, gue kehilangan diri gue, kehilangan hobi gue, atau bahkan dunia gue, yakni menulis. Mungkin orang lain akan mengira berlebihan, jika gue menyebut menulis adalah dunia gue. Tapi gue pernah punya mimpi mempunyai buku sendiri kok. Gue selalu merasa “pulang” ketika gue ke perpustakaan, toko buk

30 Tahun

Hari ini adalah hari terakhir di bulan kelahiran, yup tepat di bulan dan tahun ini gue menginjak usia 30 tahun. It’s heard so scared? Before I scare about “thirty”, but now I realized. This is life. Life never stop, life never caring about ur worries anyway . Life must go on . Sesedih apapun kita, seberat apapun cobaan yang sedang kita lewati, semenyakitkan apapun luka yang sedang kita ratapi, atau sehancur apapun keadaan saat ini, hidup tidak pernah membiarkan kita berhenti.  30 tahun sudah gue hidup di dunia, dan tentu banyak pembelajaran yang gue dapat. Hal terbesar yang gue pahami saat ini adalah tentang penerimaan. Gue tau gue tidak sesabar dan seikhlas itu dalam menerima takdir, tapi paling tidak gue “menerima.” Dengan cara apa? Dengan cara terus melanjutkan hidup. Dari banyaknya rentetan kejadian demi kejadian, gue menarik benang kebaikan-kebaikan apa saja yang gue terima. Dari mulai keluarga yang baik, saudara-saudara yang baik, teman-teman gue sejak jaman sekolah hingga pekerj

Satu Tahun

Hari ini, 1 Juli 2023 tepat satu tahun gue di Jepang. Alhamdulillah, di tahun pertama gue lulus N3 dan lulus ujian kaigo (ujian evaluasi). Ada banyak hal yg gue syukuri, selain selalu diberi kesehatan dan dikeilingi orang-orang baik. Kalaupun ada hal-hal menyedihkan, tidak berjalan sesuai rencana, itu wajar. Namanya juga hidup, ya gak mulus-mulus aja jalannya.  Gue yakin banget, apa yg sedang gue jalani sekarang bukanlah sebuah kebetulan. Makanya pas gue cape, pengen nyerah sama keadaan gue inget-inget lagi kalo Allah seslali ada. Selalu kasih bantuan di waktu-waktu terberat dan gak ada siapa-siapa lagi.  Untuk kesekian kalinya, gue cuma mau ngingetin diri gue sendiri. Bahwa gapapa kalo lu ngerasa lemah, ngerasa butuh bantuan, ngerasa sedih, ngerasa kecewa, ngerasa marah. Tapi inget, bentar aja mendramatisir perasaan-perasaan itu. Setelah lega ngeluapin, ya lanjutin lagi jalannya. Pelan-pelan aja. Gak usah buru-buru. Ok?

Love Language

Beberapa tahun ke belakang Love Language ramai menjadi bahan perbincangan, termasuk gue di setiap obrolan dengan teman. Sebenarnya dari kelima Love Language itu yang menjadi dominan adalah “tindakan” yang biasa kita terima bertahun-tahun dari lingkungan (keluarga, teman atau orang-orang sekitar) dan sesuatu yang kita tidak pernah dapat. Itu menurut sudut pandang gue. Love Language pertama gue adalah Act Of Service . Gue tidak terbiasa dengan Words Of Affirmation karena sepanjang masa tumbuh kembang gue di keluarga gue sangat jarang sekali memberikan pujian atau kata-kata. Bagi gue, sayang adalah tindakan. Bukan kata-kata. Dan sesuatu yg kita tidak pernah dapat. Yaitu Receiving Gift . Bisa berupa benda atau perhatian. Gue lahir dan tumbuh dari keluarga menengah ke bawah. Sebelum bekerja, gue tidak bisa mendapatkan sesuatu yg gue inginkan. Gue hanya bisa melihat orang lain membeli dan memakai, dan gue hanya bisa membayangkan (sampai ke fase menghayal) ada di posisi orang tersebut. Ke

4-4

Ketika orang lain excited dengan tanggal kembar (4.4) karena flash sale, gue excited dengan hasil ujian N3 dengan predikat D a.k.a lulus N3.  Alhamdulillah ‘ala kulli haal. Atas kebaikan Allah dan segala usaha yg gue lakukan, gue lulus di ujian kedua ini, setelah November gagal. Tadinya gue mau daftar di bulan Januari, tapi Allah berkehendak lain. Dan betul saja, buah dari kesabaran ini manis sekali. Gue sadar betul bahwa setiap gue mendapatkan sesuatu jauh dari kata beruntung. Gue selalu mendapat sesuatu dari usaha keras yg gue lakukan. Contohnya ; gue dapat ranking di kelas karena gue belajar. Bukan serta merta otak gue encer dan tanpa belajar dapat ranking. Mungkin ada beberapa orang yg terlahir seperti itu. Tapi hal tersebut tidak berlaku bagi gue. Dan apa yg gue dapat di tahun lalu (N4) dan tahun ini (N3) adalah hasil dari belajar gue selama ini. Gue meluangkan waktu libur gue untuk belajar. Gue menahan diri untuk tidak selalu mengiyakan ajakan jalan-jalan. Dan 3minggu sebelum uju

Dewasa Itu..

Dewasa itu, ngeluh tapi tetep dilakuin. Itu adalah definisi “dewasa” versi gue di usia gue yg sekarang. Kaya yang “woelah kok hidup kek asem bgt sama gue.” Kadang lancar, tapi seringnya macet. Setelah berkeluh kesah tentang hidup, ya ujung-ujungnya bisa sampe selesai. Contohnya jadwal bukan ini yang “tsurai” banget kalo dibayangin. Setelah 6bulan kerja, baru kali ini dapet jadwal masuk 5hari kerja. Dan di tempat kerja gue, hari kerja maksimal 4hari. Hal ini dikarenakan berat dan capeknya pekerjaan sebagai “kaigo”. Mungkin ini terjadi di bidang pekerjaan lain. Tapi gue bercerita dari sudut pandang pekerjaan yang gue jalani. Kaigo itu bukan cuma fisiknya yg cape, tapi hatinya juga. Menghadapi macam-macam manusia yang masih normal aja kadang kita cape kan, nah ini harus dihadapkan dengan orang-orang tua yang notabene kembali bertingkah seperti anak kecil. Wuah, gue juga salut sih sama diri gue sendiri “gue bisa juga ya sesabar ini ngadepin mereka?.” -cryyyyy Dan di tempat gue bekerja, 4ha