Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

Perempuan di Jepang

2 hal yang mau gue highlight di cerita kali ini karena gue melihat dengan mata kepala gue langsung. Di mana, perempuan di Jepang itu bener-bener punya kemandirian yang sangat patut diacungi jempol. Sebelumnya gue juga sudah pernah mendengar beberapa cerita bahwa, lansia di Jepang itu diberi fasilitas atau minim bantuan agar mereka bisa beraktifitas sebagaimana mestinya. Ngga bergantung harus dibantu oleh anak atau perawat. Nah gue langsung melihat hal itu di sini, di Jepang ini. Jadi, gue melihat kalau ibu dari pimpinan kumiai gue itu masih menyetir mobil sendiri dan bahkan gue yang melihat dia itu reflek bilang “wiz gila keren amat nenek itu nyetir mobil Mercy-nya”. Yaa gue ngga tau kalo di Indo ada juga hal seperti itu atau gue yang ngga pernah liat, jadi bikin gue ngerasa “amazed” aja gitu.  Dan kejadian sebelumnya ketika gue melihat dari lantai 3, di bawah ada mobil (semacam Alphard) gede gitu, keluarlah seorang ibu dan 1 anak laki-laki pakai seragam (habis pulang sekolah), anak pe

Hari ke-30 di Jepang

Setelah minggu lalu gagal jalan-jalan, akhirnya kemarin dari pihak kumiai kembali mengajak gue dan teman-teman di sini jalan-jalan. Yups, seperti turis lainnya kita pun berfoto dan mengagumi tempat yang kami kunjungi. Sebetulnya minggu lalu kami sudah sampai di salah satu kuil terkenal di Himeji. Namun, karena satu dan lain hal kami hanya sempat mengabadikan beberapa foto dan kembali ke asrama. Sebagai gantinya, kemarin kami pergi ke Planetarium Himeji dan Aquarium Himeji. Di Planetarium kami hanya diberi suguhan seperti menonton di ruangan bioskop sambil meihat benda-benda langit. Jujur tadinya gue excited karena gue sangat suka pemandangan benda-benda langit. Tapi, karena bahasa yang digunakan Bahasa Jepang dan narasinya tentang rasi bintang dan legenda Yunani gue dan teman-teman gue sempat ketiduran di pertengahan penjelasan. Karena memang vibesnya bikin ngantuk parah sih. Hehe. Setelah dari Planetarium kita pergi makan siang dan diajak ke tempat makan “Udon”. Seperti Marugame Udon

Menciptakan Tempat Nyaman

Setelah 13 hari di Tatsuno, gue pindah ke Takasago. Tempatnya tidak seindah dan senyaman di Tatsuno. Karena harus tinggal satu atap dengan kantor kumiai. Namun, karena hidup bukan selalu tentang apa yang diinginkan. Gue belajar beradaptasi di manapun tempat gue tinggal. Karena toh, di sini juga masih sementara sebelum akhirnya gue penempatan di Kobe. Hari ini ada kabar duka lagi. Bapak dari salah satu teman dekat gue meninggal. Dan tentu itu kabar yang mengejutkan, karena teman gue resmi menjadi anak yatim piatu. Gue ngga bisa bayangin jadi dia. Gimana terpukulnya ketika satu satunya juga harus pergi menyusul kepergian ibunya beberapa tahun lalu. Itu kenapa, gue tidak diberi ujian seperti teman gue itu, karena gue tidak akan sekuat dan setabah dia. Allah tau gue masih lemah. Masih jauh dari tingkatan level sabar dan ikhlas. Karena sedikit masalah saja udah buat gue overthinking. Ya Allah, apapun yang engkau kehendaki semoga hamba juga bisa menerima.

Hikmah Dari Setiap Kejadian

Sore ini gue dapet kabar duka. Salah satu teman seperjuangan berpulang. Gue tidak tau banyak apa penyebabnya, namun gue mengambil kesimpulan bahwa memang sudah jalan-Nya. Life must go on. Gue ditampar lagi oleh kenyataan, bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya. Semoga almarhum (yang baru usia 20+ tahun) diterima di sisi-Nya, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Aamiin.  Malam ini gue melihat bulan purnama dari jendela kamar, dan diiringi suara kodok yang bersautan. Ini malam terakhir gue di Tatsuno karena harus pindah lagi tempat tinggal (sementara juga). Tapi tempat ini terlalu nyaman untuk ditinggalkan sebenarnya. Kesan pertama tiba di Jepang dengan tinggal di sini adalah seperti masuk ke dunia kartun Jepang yang gue tonton. Tentu saja ini hal yang menyenangkan dan sulit dilupakan. Mengingat tempat tinggal sementara yang nanti akan ditempati berbeda jauh seperti rumah di Tatsuno ini. Bakalan kangen banget sih sama suasana di sini 🥹 Belum

Hari kedelapan

Gak berasa udah hari kedelapan di Tatsuno, Hyogo-ken, Jepang. Alhamdulillah sejauh ini proses pembelajaran lancar. Dikasih temen-temen yang suportif, saling bantu, bisa diajak kerjasama. Sebenarnya masih ada rasa gugup sebelum gue bener-bener bisa sampe di tempat kerja. Menghadapi langsung dunia kerja yang sebelumnya ngga pernah gue bayangin akan melakukannya. Gue sempat berada di fase sedih, ngerasa apa yang udah gue jalani selama hampir 2tahun ini percuma. Tapi Allah masih aja ngasih jalan sampe gue berada di titik ini. Gue tau, ngga ada yang akan baik-baik saja. Pasti akan selalu ada ujian lagi dan lagi. Tapi itulah kunci dari “kenapa kok Aas bisa kuat banget?” Suatu saat, ketika gue menempati tempat tinggal gue untuk tiga tahun kedepan, gue akan merindukan desa yang bernama Tatsuno ini. Banyak memori-memori tentang tontonan kartun jaman gue kecil bermunculan karena banyaknya kesamaan ketika gue tinggal di sini. Mulai dari suara burung gagak yang sesekali berbunyi ketika suasana sen

Hari Ketiga di Rumah Nobita

Yep, sebagai anak 90-an gue sangat relate sama rumah-rumah yang ada di Jepang termasuk rumah yang sedang gue tempati. Halaman samping rumah tempat Nobita ketemu neneknya (Doraemon ; Stand By Me ) adalah tempat favorit gue. Apalagi mulai hari ini sampai seminggu kedepan cuacanya akan mendung dan hujan. Pagi tadi sudah mulai hujan, dan gue betah berjam-jam duduk melamun atau scroll hp sambil tiduran. Tempat ini tenang, dan gue merasa sangat cocok karena gue kurang begitu suka dengan lingkungan yang bising. Iya iya, si paling introvert . Hehe. Ah, alhamdulillah gak berhenti gue bersyukur untuk kesempatan yang Allah kasih ke gue buat sampai di titik ini.

Hari Kedua di Negeri Matahari Terbit

Hari kedua di Jepang berasa udah betah aja deh. Mulai dari tempat tinggal, orangnya, lingkungannya yang kebetulan dapet tempat di pedesaan dan segala hal yang ada di Jepang. Eh tapi pedesaan di Jepang itu beda jauh sama Indo. Di sini walaupun dikelilingi sawah, pegunungan, tapi jalanan tetap bagus, lampu lalu lintas tetap ada, Konbini (Mini Market) atau ke Supa (Supermarket) juga kejangkau bisa pake sepeda. This is what I want. Walaupun ini masih belum tempat menetap gue untuk beberapa tahun, tapi gue sudah merasa sangat familiar. Entah karena panjangnya penantian gue selama ini, atau memang usia gue sudah bisa dikatakan bisa cepat beradaptasi. Terlebih lagi, untuk beberapa makanan yang rasanya bukan Indonesia banget (gak banyak rempah), gue juga menikmati makanan yang selalu disiapkan.  Hari kedua di Jepang, kita belajar mata uang Jepang (Yen) dan belajar belanja ke Supa, beli kebutuhan masak dan beli cemilan. Sorenya gue dan teman-teman lainnya diajak sepedahan. Banyak banget hal ya

Juli, di Negara Lain

Setelah hampir 2 tahun menyimpan rencana ini rapat2 kecuali pada orang terdekat. Akhirnya gue membuat postingan bahwa gue sudah tiba di Jepang. Walaupun gue belum sempat menjawab semua pertanyaan yang masuk melalui DM, dan menceritakan secara detail bagaimana awal mula keputusan ini muncul dan betapa panjang prosesnya. Mungkin suatu saat gue akan menceritakannya.  Alhamdulillah, atas izin Allah dan restu Bapak dan Mama juga anggota keluarga yang lainnya. Gue sampai di titik ini. Di tempat yang mungkin dulu pernah gue inginkan untuk dikunjungi tapi tidak untuk rencana tinggal lama. Tapi Allah Maha Membolak Balik Hati manusia dan Maha Perencana Terbaik, akhirnya gue mengikuti alurnya saja. InsyaAllah rencana tinggal selama 3 tahun semoga diberi kemudahan dalam segala hal. Aamiin.