Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2015

Jarak Ini

Gambar
Jarak ini membatasiku dari kamu, membatasi kita. Membatasi pandanganku terhadapmu. Namun doaku untukmu tidak berbatas. Sesekali aku sengaja tidak menguhubungimu terlebih dahulu. Bukan karena aku tidak rindu. Hanya saja aku memberimu ruang untuk merindukanku. Benar saja kan? Kamu ternyata merindukanku dalam diam. Namun bukan sapaan rindu ketika kamu menghubungiku, malah kecurigaan terhadapku kamu tuduhkan. Kamu ini pura-pura bodoh atau memang benar bodoh? Apa lagi yang aku cari dari orang lain, ketika denganmu saja aku mengabaikan seluruh dunia. Lalu, apa mungkin aku mencari penggantimu ketika alasan senyumku adalah kamu.

Tak Peduli Sejauh Apa

Gambar
Pagi ini aku mengirimkan pesan singkat pada mama. Isinya memberitahukan bahwa masa magang di tempatku bekerja sekarang, berakhir sampai akhir bulan Februari.  Fyuh~ Antara lega dan bingung. Lega, karena akhirnya ada kejelasan tentang masa magangku yang sebelumnya tidak tau sampai kapan. Bingung, karena aku belum mendapat pekerjaan baru lagi. Masa magang ditempat ini ternyata sampai enam bulan. Berbeda dengan kantor sebelah yang hanya tiga bulan saja.  Beside that ,  rasa legaku dilengkapi dengan rasa senang yang selama ini tidak bisa terwujud. Apa lagi kalau bukan pulang ke rumah? Yipeeeeee~ Aku memang baru dua bulan yang lalu pulang ke rumah, tapi entah kenapa akhir-akhir ini mama sering melow. Beberapa kali meminta aku dan kakakku pulang. Bukan secara frontal memang, tapi dengan kode lewat pesan singkat yang dikirimkan kepadaku.  Contohnya seperti ini ~> " mama lagi makan jamur, jadi pengen makan bareng sama kalian ." Aku dan kakakku memang pecint

Dia, Salah Satu Alasan

Gambar
Malam ini harus tidur tanpa dia lagi, setelah dua malam menghabiskan waktu dengan bahagianya. Menatap lembut wajah lucunya. Sesekali tertawa jengkel karena kejailannya. Sekarang tidak ada lagi yang tersisa. Tawa, canda, tingkah jenakanya yang membuatku seakan lupa dengan masalah yang ada. Perlahan aku mengumpulkan semangat yang tersisa. Melangkah gontai dengan tenaga seadanya. Jauh sebelum kehadirannya, aku tak pernah tau bagaimana rasanya menjadi dewasa. Menimbang langkah dengan seksama. Berhati-hati dalam berbicara. Agar tak ada hal buruk yang aku wariskan padanya. Dia, salah satu alasan mengapa aku tetap ceria.

Ujian Pertemanan

Gambar
Hari ini bener-bener full-feeling banget. Mulai dari deg-degan, seneng, panik, cemas, khawatir, capek, kecewa, malu, dan perasaan lainnya yang campur aduk jadi satu. Pertama, gue bersyukur hari Sabtu ini masih dikasih kesempatan buat terus nyari ilmu disaat orang lain sibuk sama kegiatan santainya di weekend yang cerah ini. *menghiburdiri* Kedua, gue bersyukur buat ujian lisan yang ternyata nggak semenakutkan yang gue bayangkan selama ini. Gue sempet cemas aja mau ujian lisan sama "dosen" yang satu ini, gara-gara cerita dari mulut ke mulut yang katanya menegangkan. Sampe-sampe ada salah satu mahasiswa yang nangis pas ujian. Entahlah penyebabnya apa, tapi ternyata.. Setelah gue merasakan sendiri ujian sama bapak ini nggak ada masalah kok. Heu~ sumbernya nggak valid. Ketiga, gue bersyukur dapet ujian pertemanan macam hari ini. Nah, soal ujian pertemenan itu berawal dari rencana beberapa temen yang mau main ke rumah gue (read; kosan). Setelah selesai ujian, kita langs

Entahlah..

Gambar
Menurut prakiraan cuaca, Jakarta seharian akan diguyur hujan. Aku tidak keberatan sama sekali, malah yang ada aku senang. Karena jas hujan yang sudah kubeli terpakai juga. Hehe. Begitulah seharusnya hidup. Tidak perlu ribet dan berpikir macam-macam. Kita hanya perlu melihat dengan cara pandang yang lain. Dengan begitu tidak ada masalah untuk terus berjalan kedepan. Aku nekat pergi ke kantor menggunakan motor karena jika dengan angkutan umum sangat membuang waktuku. Bukan hanya dua kali lipat, bahkan berkali-kali lipat dari waktu tempuh sebenarnya. Dan aku tidak sesabar itu untuk menikmati perjalanan panjang dengan angkutan umum. Terlebih, pasti ada beberapa daerah banjir sampai proyek pembangunan fly over yang menyebabkan kemacetan. Biarlah aku sedikit basah dan berkejar-kejaran dengan motor lain sambil sesekali terkena cipratan genangan air, asal aku bisa sampai lebih cepat. Sekarang sudah waktunya jam makan siang dan aku masih berada dimeja kerjaku. Cuaca seperti ini

Reading Challenge 2015

Gambar
Udara dingin dari pendingin ruangan yang baru dinyalakan membangunkanku malam ini. Tidak salah lagi, tanda bahwa kakakku bergegas untuk tidur setelah menyelesaikan nonton -apa saja- disalah satu web nonton gratis. Tepat jam dua pagi aku bangun dan merasakan lapar yang luar biasa. Loh, sebenarnya aku bangun karena kedinginan atau kelaparan? Mungkin dua-duanya! Huft. Kupaksakan untuk tidur, tapi susah. Bagaimana bisa tidur? kalau cacing dalam perutku demo besar-besaran seperti rakyat "tak jelas" waktu itu di gedung KPK ( Menteri Tedjo loh.. yang bilang rakyat "tak jelas", aku juga ikut tersinggung meski tidak ikut demo ). Hehe. Ah sudahlah, gara-gara lapar aku jadi melantur. Kalau aku harus membahas tentang KPK malam ini, rasanya tidak akan selesai sampai besok pagi. Lagipula, pembahasan itu terlalu berat untuk orang yang sedang kelaparan. Hiks. Akhirnya aku paksakan untuk beranjak dari tempat tidurku, mencari sesuatu yang bisa dimakan. Pergi ke ruanga