Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2022

Pertama di Pertengahan

Hari pertama di pertengahan tahun disambut dengan tanggal merah. Alhamdulillah dikasih kesempatan libur, buat leyeh-leyeh. Alhamdulillah pagi-pagi bisa makan bubur yang enak di dekat tempat tinggal. Alhamdulillah bisa mandi pagi tanpa antri. 3 hal kecil yang mau gue syukuri di hari yang cerah ini. Dari sekian banyak kejadian demi kejadian gue masih terus belajar. Belajar untuk terus berfikir positif supaya apa yang dikeluarkan isi hati dan kepala bisa bekerja sama dengan takdir baik yang masih bisa diubah. Belajar untuk menerima dari hal-hal sulit yang dihadapi. Belajar untuk terus berjalan walau terseok, asal jangan berhenti. Gue tau betul, bahwa setiap ketidakikhlasan gue hanya memberatkan langkah gue saja dan menahan segala bentuk kebaikan yang datang dari berbagai penjuru. Maka dari itu, gue belajar yakin dan terus yakin meski harus sedikit demi sedikit. Belajar tidak membandingkan dengan hidup orang lain. Karena pada kenyataannya, everyone has struggle with their own lifes . Kita

Melepas

Ternyata apa-apa yang terjadi selalu berkaitan dengan perkara melepas. Terlebih di setiap fase hidup yang kita jalani. Entah melepas seseorang, kenangan, mimpi dan cita-cita atau perasaan sedih dan lainnya. Hari ini gue harus belajar lagi cara melepas. Melepas sesuatu yang berharga berupa waktu kebersamaan untuk kehidupan “yang gue harap” lebih baik kedepannya. Memang tidak ada jaminan berhasil, tapi Tuhan berjanji akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut berusaha mengubahnya.  Di usia yang terbilang dewasa seperti sekarang, gue harus tau bahwa segala sesuatu yang kita impikan tidak semuanya bisa kita dapatkan bersamaan. Semua silih berganti, seperti rasa sedih dan bahagia. Begitu juga dengan hal-hal berharga yang ingin dituju juga harus mengorbankan hal-hal berharga yang kita punya sebelumnya. Bukan soal kurang bersyukur, tapi memang kita harus tau kapan saatnya mengembangkan diri dibanding berdiam diri di titik itu-itu saja. Gue tau, akan ada penyesalan nantinya. Tapi gue ha

Penerimaan

Beberapa hari terakhir gue lagi melow. Mungkin emang lagi masa PMS kali ya, jadi rasanya selalu ngga karuan. Gue tau siklus ini terus berulang setiap bulannya. Tapi keresahan yang gue alami selalu membuat gue ngga nyaman. Ditambah lagi, 2 minggu ini badan gue lagi ngga bisa diajak kompromi. Perasaan sakit di badan terus silih berganti, mulai dari radang, ganti batuk, terus ditambah badan pegel-pegel, alergi yang ngga berkesudahan, demam kadang sembuh kadang kumat sampai pada akhirnya gue harus pergi ke Bidan langganan gue di deket rumah dan meminum berbagai macam obat. Literally macam-macam (5 macam obat). Huft. Di rumah, keponakan gue juga sakit. Waktunya pun sama. Dan sama seperti gue, keponakan gue sakit ngga sampe tepar banget tapi ya batuk dan pilek bergantian gitu. Namanya anak kecil sakit dikit pasti kan rewel ya, dan lebih kasian aja kalo liat anak kecil sakit 😔 Selain karena siklus PMS, kayaknya perasaan gue bercampur aduk dengan rencana kepergian gue untuk kembali merantau.

Akhirnya Selesai

1 minggu materi online, 1 minggu materi offline dan praktek lab, 2 minggu terjun langsung ke lapangan. Akhirnya satu bulan selesai sudah proses ini. Banyak banget yang bisa diambil, terutama belajar sabar dan penerimaan yang baik di 2 minggu praktek di panti. Lelah, sudah jelas. Ngga ada hidup yang ngga melelahkan. Tapi belum sampai situ Ferguso. Masih ada tahap selanjutnya, dan lebih panjaaaaang sekali. Masih harus dipanjangkan lagi sabarnya, ikhlasnya, penerimaannya. Entah hadiah apa yang ada di masa depan atas ujian-ujian yang udah gue lakuin ini. Semoga selalu ada hal-hal baik dari niat-niat baik. Aamiin.

Apakah Salah Jalan?

Perjalanan gue sudah sejauh ini, kalau disuruh puter balik beneran jauuuuuuh banget. Abis bensin, tenaga, waktu dan segala macem. Kadang gue juga takut, ragu, berpikir kembali apakah jalan yang sudah gue pilih adalah benar? Sesuai tujuan?  Entahlah, sayangnya perjalanan kehidupan ngga sama kaya jalanan di dunia nyata. Ada puter baliknya, kalau salah jalan bisa tanya orang atau pake Google Maps . Kalau yang namanya perjalanan kehidupan, udah diambil ya gue harus jalanin sampe mentok sampe beneran ngga ada jalan lagi dan muncul pilihan-pilihan lain. Ketika perjalanan gue dirasa ngga berhenti-berhenti, ya gue tinggal nambah bekal semangat dan harapan buat terus lanjutin ini semua. Ketika semua bekal itu habis, istirahat bentar. Isi ulang lagi dengan mereview apa aja yang udah dilakuin, dihabisin, dan perlu apa lagi buat lanjutin perjalanan. Perlu ninggalin apa biar perjalanan selanjutnya ngga terlalu banyak beban, atau perlu ngajak teman perjalanan biar ada teman.  Di usia dewasa ini, ke

Movie Marathon

Yep, hari ini gue movie marathon. Pertama, Gara-gara Warisan yang disutradarai Muhadkly Acho dan diproduseri oleh Ernest Prakasa. Tipikal film Ernest banget kalo kata orang-orang. Dari cerita, karakter, komedi dan apalah itu yang gue ngga begitu paham. Tapi pas gue nonton ternyata ngga sebagus itu. Well , mungkin ini soal selera. Tapi gue nggak seceria itu nontonnya. Banyak hal yang menurut gue dipaksakan. Ceritanya terlalu dramatisir, dan ngga tau kenapa ya menurut gue ngga enjoy aja dari awal sampe akhir. Scene-scene yang gue suka ya pas para karyawan Guest House nya aja. (6/10) Kedua, Doctor Strange - Multiverse of Madness . 6 tahun setelah film pertamanya yang sukses dan menjadi pahlawan baru setelah Iron Man, jujurly gue kecewa. Semenjak era Avangers End Game , banyak cerita lanjutan yang terlalu dipaksakan menurut gue. Spiderman 3 akhir tahun lalu aja gue kecewa, terus dilanjut sama Doctor Strange 2 ini. 2 jam nontonin ego seorang Wanda dan bucinnya Doctor Strange. Hmm. (6,5/

Riweuh is my life

Gue salut deh ngeliat keluarga yang kompak, yang saling mengingatkan dengan nada biasa. Entah kenapa, setiap pergi full team (kelurga inti) pasti ada aja sesuatu yang berjalan tidak sesuai rencana. Dan ketika itu terjadi, keriweuhan dimulai. Satu sama lain saling berbicara dengan nada tinggi. Gue trauma untuk bisa mengajak pergi jalan-jalan keluar kota. Hal itu juga terjadi ketika akhir tahun 2016 kita pergi ke Yogyakarta menggunakan mobil. Yang pada akhirnya ada perselisihan antara gue dan kakak gue. Hal itu membuat gue lebih menyukai jalan-jalan tanpa keluarga. Karena gue tipikal orang yang sat set (apa-apa cepet), sedangkan jalan-jalan bareng keluarga banyak yang harus diurus, gue tidak suka kegaduhan, di mana saat jalan-jalan itu perasaan bukan hanya senang-senang saja tapi cape banget guys (itu yang ngga dilihat orang), dan perasaan tidak sebebas kalau jalan-jalan sendiri.  Makanya gue salut deh sama keluarga yang bisa ngehandle masalah tanpa harus ada perpecahan terlebih dahulu.

Doa Baik

Gue selalu bersyukur, di waktu terpuruk gue masih dikelilingi orang-orang baik yang mengirimkan doa baik. Entah apa jadinya kalau gue benar-benar sendiri. Gue pasti sudah kehilangan arah.  Gue ngga tau fase apa yang sedang gue alami sekarang. Karena pattern gue dengan orang lain benar-benar berbeda. Gue mengambil jalur berliku untuk mencapai tujuan gue. Dan melihat teman-teman lainnya sedang berlarian menuju harapan mereka masing-masing.  Gue tau, secape apapun ya harus tetep dijalanin. Itulah bentuk profesional dalam menjalani hidup sebagai orang dewasa. Apapun itu, setidaknya gue sudah berusaha sekeras yang gue bisa. 

H+1 Lebaran 2022

Sama persis seperti lebaran-lebaran sebelumnya, keesokan hari setelah lebaran adalah hari nyuci sedunia. Dan hari makan apapun terutama ngerujak atau makan bakso di siang hari. Gue tumbuh dari keluarga yang tinggalnya tidak terlalu berjauhan dengan saudara lainnya. Di sisi lain membuat gue tidak perlu kesana kemari sibuk berlebaran, walaupun dari dulu pengen banget ngerasain namanya mudik bareng keluarga. Sekalinya jadi anak rantau 9 tahun di Jakarta, mudik pun cuma berdua dengan kakak gue menggunakan sepeda motor. Daripada memikirkan hal yang tidak pasti tentang hidup, rasanya Allah kasih waktu buat gue menikmati setiap momen kecil bareng keluarga yang tidak bisa dirasakan oleh beberapa orang lain. Gue tidak memikirkan pergi berlibur ke tempat wisata atau apapun, karena hanya dengan membayangkannya saja gue sudah malas bermacet-macet ria. Jiwa mageran gue semakin kesini semakin akut deh kayaknya. Gue ngga akan melakukan sesuatu kalau itu ngga ada manfaatnya. Ngga ada pengaruhnya untuk

Eid Mubarak 1443 H

Selamat hari raya idul fitri, semoga kita kembali menjadi pribadi yang suci, karena momen ini sangat tepat untuk introspeksi diri. Bagaimana sebulan puasa kemarin? Kebaikan apa saja yang sudah dilakukan? Nafsu apa yang sudah bisa dikendalikan? Dan perubahan-perubahan signifikan dibanding dengan bulan-bulan lainnya. Setelah lebaran, harusnya kebiasaan-kebiasaan di bulan ramadhan tetap dijalankan. Menahan hawa nafsu, memperbanyak tadarus qur’an, menjaga mulut untuk tidak berghibah dan masih banyak hal yang sudah baik dilakukan, justru seringnya hilang setelah ramadhan selesai. Dari malam takbiran kemarin gue bilang, kalau gue merasa “hampa”, gelisah, nggak tenang. Entah kenapa. Sampai pagi datang pun, perasaan tidak nyaman itu masih saja gue rasakan. Gue takut terjadi hal yang tidak-tidak. Tapi alhamdulillah tidak ada kejadian buruk, selain listrik di rumah gue mati sampai sore hari. Gue tau ini bukan kebetulan, ini adalah cara Allah menguji kesabaran keluarga gue khususnya gue. Ujian ta

29 Ramadan 1443/2022

Hari keduapuluh sembilan, dan besok dinyatakan 1 Syawal 1443 atau lebaran. Entah kenapa dari mulai bergemanya takbir, gue merasa kosong. Hati dan pikiran gue melayang entah kemana. Ada sepi yang merangsek, dan kekacauan perasaan yang ngga bisa gue jelaskan kenapa. Gue harap cuma karena gue sedih ngga bisa menikmati puasa di hari terakhir dan takut ngga bisa ikut solat id besok pagi. Beberapa tahun terakhir, hp gue sepi dari chat-chat permohonan maaf dan ucapan Idul Fitri. Selain karena gue yang sudah “malas” mengirim chat basa basi permintaan maaf, mungkin beberapa teman menganggap akun WhatsApp gue seperti mati suri karena ketiadaan profile picture dan jarangnya update story , itu hanya dugaan gue. Di satu sisi gue sudah lelah mengejar dunia, gue merasa tidak punya ambisi apa-apa, ingin menjadi apa. Tapi di sisi lain, kelelahan gue dikarenakan berkali-kali dikecewakan ekspektasi. Yep, ekspektasi membunuhku. Bukan raga, tapi jiwa. Gue selalu berusaha berkeyakinan, satu-satunya yang m