Nenek Yang Selalu Ingat



"Having a grandmother is like having an army. This is a grand-child's ultimate privilege: knowing that someone is on your side, always, whatever the details." Fredrik Backman

Ini cerita minggu lalu ketika aku berkunjung ke tempat nenekku, ibu dari bapakku.

Setiap kali aku pulang, aku dan kakakku diharuskan berkunjung ke tempat nenek dan kakekku. Kakekku yang dari mama hanya berjarak beda gang saja. Namun, untuk ke rumah nenek dari bapak harus menggunakan motor kurang lebih tiga puluh menit kalau kecepatan standard.

Sesampainya ditempat mak acah (panggilan nenekku), aku langsung sungkem dan bertanya basa-basi.

"Mak tos emam?" (Mak udah makan?)

"Acan." (Belum)

Karena aku datang ketika sore hari, jadi aku berfikir dia hanya belum makan sore.


Kemudian menyusul kakakku dari belakang dan setelah sungkem menanyakan hal yang sama.

"Mak tos emam?" 

"Acan."

"Siang tos emam?" (Siang udah makan?)

"Mak keur muasaan dede." (Mak lagi puasa-in dede)

Fyi. dede adalah panggilanku di rumah.

Mendengar jawaban nenekku, sontak mataku langsung panas dan tanpa bisa ditahan air mata begitu saja mengalir tanpa henti.

Emak, yang berusia 70 tahunan itu masih mengingat hari lahir cucu-cucunya dan puasa dihari kelahiran itu.
Beliau bilang bahwa pada Hari Minggu dia puasa untuk hari lahirku, Sabtu untuk hari lahir adikku, dan Jumat untuk hari lahir kakakku.

Emak, yang penglihatannya sudah terbatas. Namun ingatannya masih sangat kuat. Terbukti setiap kali aku dan kakakku berkunjung, beliau menceritakan masa mudanya yang harus bekerja keras demi memenuhi kebutuhan hidup. Kerja di sawah dan ladang, harus melawan teriknya matahari.

Emak, yang bahagia melihat cucu-cucunya kini mandiri hanya dapat membantu berdoa. Agar anak cucu-cucunya sukses dan bahagia dengan kerja keras dan perbuatan baik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesona 11-12-13

Ramadhan 1444H