Mendung Beberapa Hari Ini
Senin, 29 Oktober 2018
Senin
lusa udara pagi kota Jakarta dingin tidak seperti biasanya, maklum
karena memasuki musim penghujan. Beberapa hari terakhir memang hampir
setiap malam hujan, kecil maupun besar.
Walaupun cuaca membuat ingin berleyeh-leyeh tapi gue selalu menyukai cuaca seperti ini, mendung dan dingin.
Untuk
kemudian, gue berangkat kerja seperti biasanya. Meski harus terjebak
macet di Senin pagi, gue tidak merasa kesal sedikitpun karena cuaca yang
gue suka.
Setibanya
di kantor pun tidak ada hal berarti yg membuat gue kesal dengan awal
pekan yang hectic. Namun lancarnya hari Senin terusik karena berita
kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 di Tanjung Karawang. Baru kali ini gue merasakan duka
yang amat sangat mendengar kecelakaan pesawat. Entah karena dua bulan
terakhir gue sering bepergian dengan pesawat dan tidak berapa lama lagi
gue akan kembali pergi dengan pesawat, entahlah. Yang gue tau, riuh
ramai acara sepulang kantor dengan jadwal perlombaan The Voice, tidak
membuat gue lupa akan kabar duka tersebut. Gue hampir menangis tiap kali
melihat berita di media sosial. Sungguh, sebelumnya gue tidak pernah
se-emosional itu.
Selasa, 30 Oktober 2018
Mendung
lagi, wangi petrikor sisa hujan semalam membuat gue bahagia di Selasa
pagi. Sebelum berangkat ke kantor, gue sarapan terlebih dahulu.
Akhir-akhir ini kakak gue sedang rajin masak pagi-pagi. Dan bahagia gue
pun lengkap pagi itu, cuaca yang gue suka dan perut pun kenyang.
Selesai sarapan gue bergegas berangkat ke kantor, karena melihat jam sudah menunjukkan pukul 06.45.
Sesampainya
di kantor gue pun cepat-cepat ingin mengambil handphone, rutinitas pagi
sebelum memulai bekerja adalah membuka media sosial and nothing to do
with it. But hey, gue tidak menemukan handphone dan tas kecil tempat
powerbank dan charger. Dan ternyata handphone gue tertinggal di kamar
karena sedang dicharge. Gue pasrah, tidak mungkin gue kembali ke rumah
karena jarak dan macet pagi hari tidak membuat gue senang akan hal itu.
Huft, ya sudahlah gue fikir. Toh hari ini tidak ada pekerjaan urgent
atau kegiatan sepulang kantor, jadi gue bisa pulang tenggo.
Seharian
kemarin rasanya lamaaaa sekali, karena ketika waktu luang saat tidak
ada pekerjaan tidak ada handphone di samping gue. Sesekali gue buka
berita online dan cuplikan kumpulan film yang ada di PC.
Menonton music video Panic! At the Disco dan mendengarkan lagu-lagu lainnya
yang ada di folder lagu gue.
Jam pulang kantor pun tiba, dan gue bergegas pulang.
Gue kira, seharian gue merasa gelisah dan tidak enak hati karena gue tidak memegang handphone seharian. Tapi ternyata salah, ada berita duka dari grup whatsapp alumni SMA gue. Salah satu teman SMA gue, meninggal. Iya, dia meninggal di usia yang belum genap 25 tahun. Sesak dada gue, kesedihan menyelimuti hati gue dua hari berturut-turut. Sampai waktu adzan magrib berkumandang, gue masih gencar mencari informasi tentang kebenaran berita tersebut, berbagai forward-an gue forward kembali ke kontak teman-teman SMA yang gue punya, dan gue buka media sosial yang sekiranya ada informasi di dalamnya. Dan ternyata, memang informasi itu benar setelah dikonfirmasi langsung oleh kakak iparnya.
Berhenti dari kegiatan dengan handphone, gue bergegas mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat magrib dan tidak lama dilanjutkan dengan sholat isya. Doa gue malam itu hanya bisa memasrahkan kehidupan ini kepada-Nya. Gue tidak meminta apapun kecuali kebaikan-kebaikan yang menurut-Nya baik. Gue tidak ingin bersedih terlalu dalam, karena semua yang bernyawa sudap pasti akan mati. Berita duka satu persatu menjadi pengingat untuk gue pribadi. Bahwa kita tidak punya alasan untuk tidak berbuat baik setiap harinya, karena kita tidak tau kapan hari terakhir kita di dunia ini.
Suka banget aku sama kata itu. Pertrikor.
BalasHapusSaya nitip link ya, kali aja mau blogwalking. ehe
https://rifalnurkholiq.blogspot.com/2018/10/three-girls-ive-amazed-before.html