Dia, Salah Satu Alasan
Malam ini harus tidur tanpa dia lagi, setelah dua malam menghabiskan waktu dengan bahagianya.
Menatap lembut wajah lucunya. Sesekali tertawa jengkel karena kejailannya.
Sekarang tidak ada lagi yang tersisa.
Tawa, canda, tingkah jenakanya yang membuatku seakan lupa dengan masalah yang ada.
Perlahan aku mengumpulkan semangat yang tersisa. Melangkah gontai dengan tenaga seadanya.
Jauh sebelum kehadirannya, aku tak pernah tau bagaimana rasanya menjadi dewasa. Menimbang langkah dengan seksama. Berhati-hati dalam berbicara.
Agar tak ada hal buruk yang aku wariskan padanya.
Dia, salah satu alasan mengapa aku tetap ceria.
Menatap lembut wajah lucunya. Sesekali tertawa jengkel karena kejailannya.
Sekarang tidak ada lagi yang tersisa.
Tawa, canda, tingkah jenakanya yang membuatku seakan lupa dengan masalah yang ada.
Perlahan aku mengumpulkan semangat yang tersisa. Melangkah gontai dengan tenaga seadanya.
Jauh sebelum kehadirannya, aku tak pernah tau bagaimana rasanya menjadi dewasa. Menimbang langkah dengan seksama. Berhati-hati dalam berbicara.
Agar tak ada hal buruk yang aku wariskan padanya.
Dia, salah satu alasan mengapa aku tetap ceria.
Namun, meski ditinggalkannya... haruskah kembali pada duku seperti yang lama?
BalasHapusKuharap tidak demikian adanya.. karena pastinya, dia juga ingin engkau bahagia... baik dengannya maupun tanpanya.
*tuh kan susah bikin puisi*.
hhi makasih udah repot2 ngelanjutin :D
Hapuspuisi ini buat adikku loh :))
Pertama baca dikira buat siapa, pas lihat fotonya itu dari salah satu animasi berjudul "Frozen" aku mengira-ngira ini buat adiknya. Pas lihat komen nya ternyata benar :D
BalasHapusAgak "deg" baca puisinya.
hehe, makasih sudah baca sampe tuntas plus komentar2nya :D
Hapus