Sedikit Cerita Tentang Kematian



Beberapa hari yang lalu salah satu temen kampus gue ada yang meninggal. Nggak sakit dalam waktu lama atau kecelakaan, kepergian teman gue bisa terbilang mendadak. Diduga karena gagal jantung, menurut dokter. Tapi entahlah, yang pasti ini adalah takdir yang tidak bisa dielakkan oleh siapapun.

Ini bukan kali pertama gue mendengar kabar duka dari teman seangkatan. Dulu jamannya kelas dua SMP, ada temen sekelas yang meninggal karena kecelakaan. Gue nggak terlalu deket, karena emang anak itu jarang banget masuk sekolah. Dalam sebulan bisa dihitung pake jari untuk ngeliat dia duduk dibangkunya. Gue bersama temen gue dan beberapa guru datang kerumahnya untuk bertakziah. Guru gue bilang sama orang tua almarhum begini,

"Ikhlasin, mungkin Allah nggak mau ngeliat dia lebih nakal dari sekarang nantinya. Kalau dipanggil sekarang, dia kan belum baligh. Masih belum punya tanggung jawab apa-apa."

Gue cuma bisa berdoa buat temen gue itu, dan berfikir kalau apa yang dibilang guru gue emang bener.

Dan kali kedua mendengar kabar duka, adalah temen SMA gue yang meninggal karena mengidap penyakit kanker dalam beberapa bulan terakhir setelah lulus sekolah. Lagi-lagi gue cuma bisa berdoa, gue harap kalau penyakit yang selama ini diidapnya bisa menghapus dosa-dosanya. Aamiin.

Untuk kabar duka temen kampus gue itu, banyak yang menyayangkan kepergiannya. Lagi-lagi karena gue nggak terlalu akrab, cuma kenal dan pernah sesekali bertegur sapa, gue nggak mengalami kesedihan yang mendalam. Tapi ada beberapa orang yang bilang "Sayang banget yaa, padahal bentar lagi lulus kuliah, Dia kan lagi proses bikin Tugas Akhir."
Gue nggak berkomentar apa-apa tentang ini, gue cuma berkomentar dalam hati "Yang namanya mati kan datengnya kapan aja, nggak nunggu lulus atau belum." *tepokjidat*

Rasanya, tahun ini memang dipenuhi kabar duka. Entah dari pesohor seperti Olga Syahputra atau Mpok Nori, temen kampus, sampe tetangga dikampung yang lumayan gue kenal.

Terakhir gue nangis diacara pemakaman, adalah ketika nenek gue meninggal tahun 2011 lalu. Satu tahun sebelumnya nenek gue emang sakit lumayan parah nggak sembuh-sembuh. Jantungnya bocor, otomtais paru-parunya terendam cairan dan menyebabkan pembengkakan dikakinya karena cairan. Sekalinya sembuh, beberapa minggu kemudian nenek gue malah meninggal. Dua minggu setelah meninggalnya nenek buyut gue (ibu dari nenek gue).
Karena gue deket sama nenek gue, gue pun seperti lazimnya keluarga yang ditinggalkan. Sedih.
Tapi setelah pulang dari mengantarkan jenazah, entah kejaiban apa yang membuat tangisan gue terhenti dan seketika gue ikhlas akan semuanya. Gue ikhlas karena nenek gue udah nggak ngerasain sakit lagi. Gue juga ngeliat untuk yang terakhir kalinya kalo wajah nenek gue seperti tidur dalam kedamaian yang nggak bisa dirasakan oleh orang yang masih hidup.

Merasa kehilangan karena ditinggalkan, merasa sedih dan ingin menangis sejadi-jadinya adalah hal yang manusiawi. Sangat manusiawi. Apalagi yang pergi adalah orang terdekat kita. Tidak ada peraturan yang melarang itu semua, hanya saja Allah mengingatkan untuk tidak berlebihan. Bukankah segala sesuatu tidak baik apabila berlebihan?

"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah disetiap memasuki masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan."
Q.S Al - A'raaf : 31

Menurut gue bukan hanya dalam berpakaian saja, maksud dari ayat tersebut juga ditujukan untuk semua hal. Bahagia yang berlebihan dan sedih yang berlebihan, cinta yang berlebihan dan benci yang berlebihan. Pokoknya semua hal yang berlebihan itu nggak baik dan Allah nggak suka.

Untuk persoalan sedih, ada ayat yang bisa menghibur kita :

"Janganlah bersedih, Allah bersama kita." Q.S At - Taubah : 40

Dan buat apa sedih terlalu lama karena kepergian seseorang, kalau kita juga sedang ada didalam daftar tunggu. Menunggu malaikat Izrail datang menemui kita.

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan." Q.S Al - 'Ankabut : 57

***

Bukan sok alim apalagi niat menggurui, tapi tulisan ini juga dijadikan sebagai pengingat gue bahwa kita dilahirkan ke dunia ini tidak lain tidak bukan untuk mati. Tapi bagaimana kita mengisi hari-hari kita sebelum datang kematian itu tergantung kitanya. Mau diisi dengan hal positif atau negatif.

Gue pernah denger quotes bagus dari Om Deddy Corbuzier di Hitam Putih.

"The opposite of death isn't life, it's birth. What death takes away is birth. But the life continous."

Nah, kematian itu bukan akhir. Kematian adalah langkah kita menuju ke kehidupan selanjutnya. Apalagi bagi agama yang gue yakini, Islam. Ada lima fase kehidupan, yaitu: Alam Ruh, Alam Rahim, Alam Dunia, Alam Kubur dan Alam Akhirat. (untuk selengkapnya bisa cari di Mbah Google)

Sebelum gue mengakhiri tulisan ini, ada kata-kata favorit gue :

Apalah arti memiliki, ketika diri kami sendiri bukanlah milik kami?
Apalah arti kehilangan, ketika kami sebenarnya menemukan banyak saat kehilangan, dan sebaliknya, kehilangan banyak pula saat menemukan?
Apalah arti cinta, ketika kami menangis terluka atas perasaan yang seharusnya indah?
Bagaimana mungkin, kami terduduk patah hati atas sesuatu yang seharusnya suci dan tidak menuntut apapun?

Darwis Tere Liye


Komentar

  1. semoga kita bisa husnul khatimah, ya, Amin

    BalasHapus
  2. *ngaminin doa om Arian*

    Akhir tahun kemaren, temen kampus sekaligus temen SMA saya juga meninggal. Dia temen deket, sangat akrab. Waktu itu saya juga sedih banget, ngerasa banget kehilangannya. Sayangnya, dia dimakamkan di kota asalnya yang sangat jauh, jadi nggak bisa ngelayat. Cuma bisa mengiringkan doa. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya yg penting itu kan doa kita. Karena sejauh apapun jarak doa akan sampai ☺
      kita harus ikhlas supaya perjalanannya disana lancar.

      Hapus
  3. Semoga yang meninggal di beri kelapangan kubur dan di ampuni dosa-dosanya:) dan yang ditinggalkan diberi ketabahan.

    makasih mba pencerahannya >< jadi sadar kalau kita ini bukanlah siap-siapa. Sehebat apapun kita pasti kembali kepada sang pencipta Allah SWT. :=)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya robbal 'alamiin.

      Iya sama2. Saling mengingatkan ☺😊

      Hapus
  4. ngebaca ini aku jadi inget temen sma ku dulu sist dia jg ninggal gara gara sakit. jadi kena dbd sama tipes. sempet pas itu aku tanya ketemnku pas olahraga aku kan ngeliat dia terus nyeletuk kok rambutnya temenku itu tambah tipis, malah kata temen temen itu model rambut mohawk -_- pdahal itu gara gara penyakitnya. gara2 penyakitnya itu juga temenku ga masuk berbulan bulan, dan akhirnya dia masuk ke sekolah dng keadaan serem menurutku karena kondisi badannya jadi hitam kaya lebam gitu,hitamnya kayak karena sakit, eh ternyata besoknya temenku ini meninggal abis dia solat subuh ternyata dia udh dipanggil. smpet shock juga sih karena udh jadi temen slama 4 tahun. apalagi pas liat dia dikubur, rasanya aneh aja gitu liat temen baru kmaren liat tau2 udh ga ada. . .

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa biasanya emang selalu ada tanda2 yg nggak kita sadari, dan sadar setelah dia pergi.

      Mungkin dia pengen ketemu sama temen2nya buat yg terakhir kalinya.
      Mudah2an khusnul khotimah ya, apalagi meninggal setelah sholat :')

      Hapus
  5. Makasih mbak buat pembelajarannya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesona 11-12-13

Ramadhan 1444H