Aku Ingin Tua Bersamamu

Aku ingin tua bersamamu. Melihatmu meminta ijin pada orang tuaku untuk dipindahkan tanggung jawabnya ke pundakmu.
Aku ingin tua bersamamu. Menjadi wanita yang berada satu shaf dibelakangmu, sambil meng-aamiin-kan doa-doamu.

Aku ingin tua bersamamu. Berjalan berdampingan, saling menggenggam erat bergandengan tangan.

Aku ingin tua bersamamu. Bersandar di pundakmu, menatap dunia bersama sambil sesekali bercerita.

Aku ingin tua bersamamu. Menyiapkan masakan sederhana, yang selalu membuatmu memujiku berlebihan sebagai wanita idaman.

Aku ingin tua bersamamu. Menyambutmu setiap pulang kerja, membuatkan minuman hangat atau segar tergantung apa yang kau minta.

Aku ingin tua bersamamu. Melewati pagi yang menawarkan kesejukan, melewati siang yang menjanjikan kepastian, dan malam yang kadang hanya dipenuhi bintang gemintang.

Aku ingin tua bersamamu. Bertukar buku bacaan dan bergantian mendengarkan lagu-lagu kesukaan.

Aku ingin tua bersamamu. Beradu jagoan games dan berebut remote mengganti acara tv yang membosankan.

Aku ingin tua bersamamu. Menyisihkan sebagian uang untuk berjalan-jalan ke tempat yang belum pernah kita kunjungi sampai pelosok alam.

Aku ingin tua bersamamu. Merawatmu ketika kamu sakit, pun sebaliknya. Memberikan kecupan manja sebagai obat paling mujarab untuk orang yang saling jatuh cinta.

Aku ingin tua bersamamu. Mendapat pelukan hangat ketika aku ketakutan karena suara petir yang menggelegar.

Aku ingin tua bersamamu. Beradu argumen ketika paham kita saling bertolak belakang, namun pada akhirnya kita memilih duduk berdiskusi mencari jalan keluar.

Aku ingin tua bersamamu. Saling mendukung dan menguatkan, ketika salah satu diantara kita mulai lelah dengan masalah yang silih berganti berdatangan.

Aku ingin tua bersamamu. Bekerja sama mendidik anak-anak yang menggemaskan, hingga melihat mereka akhirnya tumbuh dewasa beriringan.

Aku ingin tua bersamamu. Sesederhana itu. Kurasa itu tidak berlebihan.