Sedikit Cerita Tentang Rindu


Rindu bukan hanya ditujukan pada seseorang. Tapi juga bisa ditujukan untuk sebuah tempat, sebuah kebiasaan, sebuah kenangan. Itulah yang terjadi pada saya sekarang.
Rindu tempat tinggal yang mengajarkan saya sebuah kemandirian. Rindu sebuah kebiasaan yang dulu membuat saya jenuh, tapi malah sekarang ingin mengulangnya kembali tak peduli se-monoton apa. Rindu sebuah kenangan yang sampai kapanpun tidak bisa saya lupakan.

Kemarin, tepatnya 17 Mei 2015. Saya kembali mengunjungi kota itu. Kota yang hanya terpisah satu kabupaten dari kota kelahiran saya. Memang tidak jauh. Tapi semua kenangan di kota itu begitu melekat. Saya tinggal disana selama kurang lebih 3 tahun. Tiga tahun yang sangat luar biasa. Kembalinya menjejakkan kaki disana membuat saya senyum-senyum sendiri mengingat kenangan 6 sampai 8 tahun lalu. Ah, apakah saya se-tua itu?
Saya kesana untuk menghadiri acara rutin setiap tahunnya. Dan ini kunjungan ketiga saya setelah tahun 2010, 2011 pernah berkunjung.

Tentu banyak yang berubah dari kota itu. Bangunan yang semakin padat, jalanan yang semakin sempit karena dipenuhi bangunan baru, pohon-pohon yang entah kemana, dan orang-orang yang dulu "ada" namun tidak lagi saya temui, dan orang-orang yang baru saya temui yang dulu "tidak ada".

Konsekuensi kita kembali ke tempat yang dulu pernah kita tempati adalah "kita merasa asing". Apalagi orang-orang yang dulu kita kenal akrab, tapi malah mengerutkan kening mengingat-ingat siapa nama kita. Semua sudah hukum alam. Yang lama memang akan tergantikan dengan yang baru. Bukankah itu kenapa tercipta kata "lama" dan kata "baru"?
Kita tidak perlu sedih. Tidak perlu marah. Buat apa? Toh tanpa kita sadari, kita juga mungkin seperti itu. Hanya saja kita yang memang tidak sadar, dan punya perasaan selalu ingin diingat tapi malas untuk mengingat. Egois.
Dilupakannya kita oleh seseorang, tidak lantas membuat kita menjadi tidak berarti. Bukankah setiap harinya kita bertemu dengan yang baru dan secara otomatis membuat kita melupakan dengan yang lama? Walaupun tidak semua, hanya sebagian besar.

Ingatan tiap orang itu berbeda-beda. Terkadang kita merasa orang itu penting dalam hidup kita sehingga membuat dia lekat dalam ingatan kita, tapi belum tentu kita juga penting bagi kehidupan orang itu dan membuat orang itu berfikir keras mengingat siapa kita ketika bertemu.

Bukan, sebenarnya orang itu bukan siapa-siapa. Beliau hanya salah satu guru madrasah saya dulu. Guru favorit dan selalu membuat saya menunggu tidak sabar kapan jadwalnya. Selain beliau, saya juga bertemu beberapa teman lama yang masih mengingat baik saya walau sudah terpisah 6tahun lamanya. Perasaan baru kemarin saya lulus SMP. Huft.

Bertemu teman lama dan bercerita tentang kenangan memang selalu membuat kita tertawa lepas dan sejenak melupakan waktu. Padahal tidak semua cerita itu menyenangkan, ada saja cerita sedih yang kalau diceritakan kembali malah membuat kita tertawa sambil menggelengkan kepala dan berkata "kenapa bisa sampai terjadi yaa?" hahaha.

Rindu tidak selalu ditujukan untuk sesuatu yang menyenangkan hati kita. Terkadang, kita juga merindukan sesuatu yang menyebalkan, menjengkelkan bahkan sesuatu yang menyedihkan.

Komentar

  1. Rindu yang paling hebat adalah rindu pada sosok yang telah lama hilang, hilang karena ditelan semesta, menyatu dengan alam dan bergabung bersama tanah dalam satu lubang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan itu merupakan rindu yg paling menyakitkan, karena tak bisa diobati dg pertemuan :(

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesona 11-12-13

Ramadhan 1444H