Hari ini dapet kabar duka cita dari temen SMA gue. Yang gue baca dari statusnya, bapaknya menghembuskan nafas terakhir. Innalillahi wa inna ilaihi roji'uun.
Dari hati kecil yang paling dalam, gue turut berduka cita dan pasti sekarang dia lagi sedih banget. Kalo gue jadi dia, mungkin gue nggak bakal sekuat itu ngadepin cobaan kaya gini.
Tapi apalah daya, toh semua yang ada di dunia ini pasti bakal dapet bagiannya kok. Bakal dapet giliran tanpa terkecuali, cuma nggak tau kapan waktunya.
Yang namanya maut, nggak pandang tua muda, sehat atau sakit, pasti akan dateng. Buktinya, tahun 2012 kemaren ada salah satu temen seangkatan yang meninggal karena sakit kanker. Dan itu gue nggak nyangka banget, karena waktu SMA dia belum sakit sama sekali. Dan beberapa waktu lalu ada juga kakak kelas gue dulu waktu SMA menyusul, katanya juga sakit.
Sakit apapun, itu cuma perantara. Toh ada orang yang sehat-sehat aja bisa tiba-tiba meninggal dengan cara yang tidak pernah diduga sebelumnya.
Yah, itulah takdir yang tidak bisa kita ubah.
Actually, maut bukanlah sebuah masalah. Yang jadi masalah itu, sudah sebanyak apakah amal kita untuk dibawa ke alam selanjutnya. Malah kematian itu awal dari perjalanan yang sesungguhnya. Kalo kaya kuliah sih yah, lulus dan wisuda itu bukanlah akhir. Tapi, lulus dan wisuda adalah awal dari kehidupan yang sebenarnya. Menghadapi orang-orang baru, dunia kerja yang keras dan lain-lainnya.
Begitu juga dengan kematian. Kematian adalah awal perjalanan kita menuju alam berikutnya.

"Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali."



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesona 11-12-13

Ramadhan 1444H