Riweuh is my life

Gue salut deh ngeliat keluarga yang kompak, yang saling mengingatkan dengan nada biasa. Entah kenapa, setiap pergi full team (kelurga inti) pasti ada aja sesuatu yang berjalan tidak sesuai rencana. Dan ketika itu terjadi, keriweuhan dimulai. Satu sama lain saling berbicara dengan nada tinggi. Gue trauma untuk bisa mengajak pergi jalan-jalan keluar kota. Hal itu juga terjadi ketika akhir tahun 2016 kita pergi ke Yogyakarta menggunakan mobil. Yang pada akhirnya ada perselisihan antara gue dan kakak gue. Hal itu membuat gue lebih menyukai jalan-jalan tanpa keluarga. Karena gue tipikal orang yang sat set (apa-apa cepet), sedangkan jalan-jalan bareng keluarga banyak yang harus diurus, gue tidak suka kegaduhan, di mana saat jalan-jalan itu perasaan bukan hanya senang-senang saja tapi cape banget guys (itu yang ngga dilihat orang), dan perasaan tidak sebebas kalau jalan-jalan sendiri. 

Makanya gue salut deh sama keluarga yang bisa ngehandle masalah tanpa harus ada perpecahan terlebih dahulu. Di mana itu menjadi masalah personal gue atau inner child gue yang takut memiliki keluarga. Takut menjadi orang tua yang tidak cukup baik untuk anak-anaknya. Takut dan takut. Semoga ketakutan ini bukan menjadi penghalang gue membangun sebuah keluarga kecil. Semoga takut ini menjadi pembelajaran gue kelak. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesona 11-12-13

Ramadhan 1444H