Kuartal I

Istilah ini gue tau ketika gue kerja di kantor. Di mana, ada evaluasi selama 3 bulan pertama sebelumnya. Jika belum ada pencapaian, maka pekerja harus lebih getol lagi supaya mencapai target KPI. 

Tapi jika bicara tentang hidup? Ketika sudah memasuki bulan keempat di tahun 2022, dan keadaan masih “begini-begini aja”, apakah gue harus ikutan lari dan kerja pontang panting supaya bisa ngejar pencapaian diri sendiri atau bahkan orang lain? Gak ada yang tau. Teori tentang hidup akan dihempas sejauh mungkin ketika realita berwujud sebaliknya. Pada kenyataannya, gue masih di tempat yang sama seperti tanggal 1 Januari 2022 ketika gue mengetik tulisan blog di kamar gue. Gue masih di sini, belum kemana-mana. Gue gak tau apakah ini termasuk pencapaian atau bukan. Karena jika dilihat lebih luas lagi, mungkin ada beberapa orang yang berharap memiliki hidup seperti gue. Gue gak tau. 

Gue sudah mulai memasuki fase “Anhedonia”. Yang menurut salah satu web kesehatan artinya ; 

Anhedonia adalah kondisi ketika seseorang kesulitan menikmati hidup dan merasakan kesenangan. Penderita anhedonia akan kehilangan minat terhadap semua hal atau aktivitas yang sebelumnya dianggap menarik.

Mungkin saking seringnya silih berganti perasaan senang dan sedih (lebih sering sedihnya sih kayaknya), gue ada di titik ini sekarang. Entah karena memang usia, atau faktor lain yg gue gak tau. Yang jelas, masih adanya gue di sini karena gue percaya bahwa Tuhan mempunyai rencana baik bagi setiap hamba-Nya. Setidaknya, keyakinan inilah yg mau gue punya. Karena faktanya, gue manusia biasa yang sering ngeluh dan mempertanyakan keadilan Tuhan pada gue. Berkali-kali gue bertanya, berkali-kali juga gue menepis keraguan gue. Susah payah? Tentu. Jangan ditanya bagaimana susah payahnya hati gue belajar tentang yakin dan ikhlas. Sepertinya untuk hidup yang belum tau arahnya kemana ini gue mau mengingat-ngingat kembali kata-kata gue;

Kalo lapar, makan

Kalo haus, minum

Kalo ngantuk, tidur

Kalo cape, istirahat

Tapi jangan berhenti