Rindu Itu Mungkin Sama



Rindu itu mungkin sama. Hanya saja, sikap kita yang membuatnya berbeda.
Aku mengabarimu setiap saat, menanyakan kabarmu disana, menanyakan apa saja kegiatan yang kau lakukan dan sebagainya dan sebagainya.
Tapi kamu, mengirim pesan pendek saja hanya bila aku yang lebih dulu memulainya. Menelepon sesekali, itupun aku yang meminta.
Kamu menganggap bahwa hubungan kita akan baik-baik saja walau hanya sesekali menyapa. Sedangkan aku mengeluarkan seluruh effort untuk sebisa mungkin menjaga komunikasi denganmu setiap waktu. Takut, bila ada seseorang yang berada dekat dengan lingkaranmu. Dan itu bukan aku.

Rindu itu mungkin sama. Menari-nari dalam hati kita yang beberapa waktu terakhir lebih banyak berdiam diri dan menyendiri. Mengingat momen-momen kebersamaan kita yang biasa saja namun istimewa. Kau berhasil membawa sebagian kebahagiaanku bersamamu. Sehingga ketika aku disini mencoba pergi ke tempat yang menyenangkan, rasanya tidak pernah lengkap karena ketiadaanmu.
Bagaimana denganmu disana. Rasanya kamu terlalu lelah dengan segudang kesibukanmu dan sedikit meminggirkan kehadiranku -yang sesungguhnya tidak hadir-
Asyik bermain game dan sesekali membuatku mencak-mencak karena telah mengabaikan teleponku.

Rindu itu mungkin sama.
Sama-sama milik kita.
Sama-sama enggan untuk berbicara.

Komentar

  1. rindu itu mungkin sama, sama-sama tak berani kita ucapkan.

    BalasHapus
  2. rindu itu memang kadang malu diungkapan, enggan untuk di obati. tapi rindu tetap rindu yang selalu mencerminkan kegundahan hati.
    bagus judulnya, bikin tertarik mata, hehe. btw, kamu dapat liebster award, cek disini ya miafajarani.com

    BalasHapus
  3. rindu itu pemalu, hobi memendam. hingga pada akhirnya meneteskan air mata adalah pilihannya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pesona 11-12-13

Ramadhan 1444H